Sabtu, 30 Januari 2010

Udin minta adik


Melihat gelagat Udin yang ingin punya adik, Pak Amat jadi nggak tega. Dan atas kesepakatan bersama yang dulu dijunjung tinggi, segera dievaluasi dengan perhitungan bahwa 5 tahun + 9 bulan 10 hari, adalah jarak waktu yang cukup ideal menurut program KB.
Seiring dengan dilepasnya spiral + kondom, Pak Amat jadi semakin getol meningkatkan "home industry"nya. Pokoknya asal ada waktu senggang ia manfaatkan untuk bertempur di atas kasur atau berjuang di atas lantai. Asal nggak ketahuan sama si Udin.
Suatu malam, baru jam sembilan, Bu Amat sudah menidurkan Udin karena malam itu telah direncanakan untuk melakukan "manuver" lagi, latihan perang-perangan!
Setelah dilihat nafas anaknya berayun panjang dan berirama teratur, bu Amat meninggalkan bocah itu lantas menuju kamar 17 tahun ke atas. Di sana Pak Amat telah menantinya lengkap dengan semua peralatan perangnya yang ultra modern.
Singkat cerita, terjadilah "up and down movement" dari tubuh pak Amat, yaitu gerakan dasar dari "Aerobic Gymnastic" seperti "push-up", sejenis sport tertua yang paling disukai segala bangsa di dunia.
Di kamar 17 tahun ke bawah, si Udin tiba-tiba terjaga dari tidurnya. Karena tak ada ibunya disampingnya, ia segera turun mencari ibunya.
Pak Amat sedang asyik-asyiknya ber"jibaku" dengan bu Amat dan dalam taraf pematangan suasana, tiba-tiba terdengar pintu berderit, dan dengan kaget ditariknya "senapan tembak" yang hampir menyemprotkan isinya itu. Dan "peluru-peluru"nya yang sudah mendesak di ujung senapan langsung berhamburan keluar. Tanpa sengaja jatuh di luar "jangkauan tembak".
Sementara itu si Udin terbengong-bengong menyaksikan adegan "final" tersebut.
"Papa dan Mama berkelahi?" tanyanya lugu. "Husss... kenapa kamu nggak tidur?" kata pak Amat seraya menutupi tubuhnya dan tubuh istrinya dengan selembar selimut. "Papa khan lagi bikin adik buat Udin! Makanya jangan diganggu. 'Tuh sekarang gara-gara kamu, bakal adikmu jadi nempel di tembok semua.."
Udin makin terbengong-bengong?!?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar